SYAIR PUTRI HIJAU 1
BAGIAN I : PERMULAAN KALAM
Bismillah itu permulaan kata
Dengan nama Allah Tuhan semesta
Saya mengarangkan satu cerita
Orang dahulu empunya warta
Adapun maksud syair dikarangkan
Bukannya pandai saya tunjukkan
Cerita yang benar saya kabarkan
Lebih dan kurang harap maafkan
Karena saya bukan pengarang
Ilmu tiada pahampun kurang
Hina dan miskin bukan sebarang
Duduk bercinta di negeri orang
Cerita ini nyata terjadi
Di Sumatera Timur, di tanah Deli
Cerita dulu lama sekali
Hikayat seorang raja asli
Meskipun cerita mustahil rasanya
Kebanyakan orang demikian pahamnya
Hukum akal ada menerimanya
Semuanya ini harus adanya
Jika dikehendaki Tuhan semesta
Yang sulit itu menjadi nyata
Lautan boleh menjadi kota
Gunung yang tinggi menjadi rata
Begitu duga cerita ini
Kodrat Allah Tuhan Robbani
Membenarkannya orang berani
Banyak yang tahu di sana-sini
Banyak keterangan sudah didapati
Ataupun tanda-tanda sebagai bukti
Tanda sudah saya lihati
Menjadikan percaya di dalam hati
Tiga keterangan saya tunjukkan
Tuan-tuan pembaca boleh saksikan
Bersama-sama kita pikirkan
Benarkah ia ataupun bukan
Keterangan pertama saya membagi
Suatu pancuran tepian mandi
Sampai sekarang tinggallah sendi
Di Deli tua adalah lagi
Di Deli tua tempatnya itu
Rupanya hampir sebagai batu
Jarang orang sampai kesitu
Karena jalannya tiada bertentu
Keterangan kedua lagi suatu
Meriam puntung asalnya ratu
Di istana Maimun tempatnya itu
Beratapkan ijuk berlantai batu
Keterangan ketiga konon kabarnya
Seekor naga yang amat besarnya
Di Belawan Deli tempat lalunya
Sampai sekarang ada bekasnya
Sampai di sini saya berhenti
Keterangan-keterangan sudah terbukti
Dengan ceritanya baik diganti
Supaya hasil maksud di hati
Beginilah konon mula cerita
Seorang raja di atas tahta
Kerajaan besar sudahlah nyata
Rakyatnya banyak beribu juta
Kerajaannya besar nyatalah sudah
Negerinya ramai kotanya indah
Banyaklah dagang ke sana berpindah
Kepada baginda datang merendah
Sultan Sulaiman nama baginda
Hukumnya adil cacat tiada
Kaya, miskin, tua, dan muda
Dihukumkan baginda tidak berbeda
BAGIAN II : SULTAN SULAIMAN
Deli tua negerinya itu
Kotanya kukuh berpagar batu
Pasarnya ramai bukan suatu
Tiada berbanding di zaman itu
Baginda berputra tiga orang jua
Laki-laki konon putra yang tua
Putri cantik putra kedua
Parasnya elok jarang tersua
Putri Hijau disebut nama
Eloknya tidak dapat disama
Sebagai dewa turun menjelma
Gemilang sebagai bulan purnama
Wajahnya bercahya berseri-seri
Laksana paras anakan peri
Tiada bandingnya di dalam negeri
Mahal didapat sukar dicari
Putih kuning badannya sedang
Pinggangnya ramping dadanya bidang
Rambutnya hitam terlalu panjang
Memberi asyik siapa memandang
Putih berseri nyata kelihatan
Giginya berkilat seperti intan
Seumpama sinar bintang selatan
Menjadikan lupa segala ingatan
Putra yang bungsu laki-laki jua
Parasnya elok tiadalah dua
Menarik hati orang semua
Dikasihi rakyat muda dan tua
Adapun akan duli baginda
Istrinya lama sudah tiada
Banyak dicari gadis dan randa
Hati baginda penuju tiada
Tinggallah baginda tiada beristri
Memerintah kota dusun negeri
Banyaklah datang dagang senteri
Kepada baginda perhambakan diri
Putri Hijau baginda peliharakan
Apa kehendaknya baginda turutkan
Tiadalah pernah baginda bantahkan
Kasih dan sayang tiada terperikan
Beberapa lama demikian itu
Di atas tahta konon sang ratu
Dengan kehendak Tuhan yang satu
Bagindapun gering suatu waktu
Baginda nan gering bukan kepalang
Badannya kurus tinggallah tulang
Tabibpun selalu datang berulang
Mengobati baginda raja terbilang
Tabib berusaha bersungguh hati
Menolong baginda Raja berbakti
Sudahlah takdir Rabul ’izzati
Penyakit tak dapat lagi diobati
Pertolongan tabib tiada berfaedah
Semakin payah sultan yang syahdah
Ajal baginda hampirlah sudah
Ke negeri yang baka akan berpindah
Dengan hal yang demikian itu
Penyakit menggoda setiap waktu
Obatpun tiada dapat membantu
Bagindapun mangkat ketika itu
Baginda berpulang ke rahmatullah
Tahta kebesaran semua tinggallah
Harta dunia sudah terjumlah
Kepada yang lain diberikan Allah
Atas kehilangan duli mahkota
Rakyatpun sangat berdukatjita
Menteri, hulubalang, menangis rata
Istimewa pula putra sang nata
Ketiga putra raja sangatlah pilu
Bercerai dengan junjungan hulu
Hatinya rawan bertambah pilu
Sebagai diiris dengan sembilu
Menangislah ia tiga saudara
Hatinya pilu tiada terkira
Sebagai terbuang di hutan dura
Sangat merasai azab sengsara
Cerita tiada saya panjangkan
Jenazah baginda lalu dimakamkan
Dengan alatnya semua dikerjakan
Adat raja-raja lengkap diadakan
Setelah selesai pekerjaan itu
Tinggallah putranya berhati mutu
Duduk bermenung setiap waktu
Terkenangkan ayahanda paduka ratu
Akan ganti duli baginda
Putra yang sulung menjadi raja
Hukumnya adil samalah saja
Dengan marhum paduka ayahanda
Seisi negeri bersenang hati
Melihatkan perintah demikian pekerti
Rakyatpun sangat berbuat bakti
Segala perintahnya mereka turuti