SYAIR BURUNG NURI
Gubahan Sultan Badaroeddin
Paksi Simbangan konon namanya
Cantik dan manis sekalian lakunya
Matanya intan cemerlang cahayanya
Paruhnya gemala tiada taranya
Terbangnya Simbangan berperi-peri
Lintas di Kampung Bayan Johari
Terlihatlah kepada putrinya Nuri
Mukanya cemerlang manis berseri
Simbangan mengerling ke atas geta
Samalah sama berjumpa mata
Berkobaran arwah leburlah cinta
Letih dan lesu rasa anggota
Berangkatlah Nuri masuk peraduan
Melipurkan hati yang sangat rawan
Gundah gulana tiada berketahuan
Seperti orang mabuk cendawan
Letih dan lesu rasa anggota
Gundahnya tidak lagi menderita
Hancur dan lebur di dalam cita
Rindukan Simbangan semata-mata
Terhentilah perkataan Nuri nan gundah
Sehari-hari dendam tak sudah
Mengenangkan Simbangan parasnya indah
Dilipurkan dengan syair dan madah
Setelah malam hari nin nyata
Terpasanglah tanglung kandil pelita
Bayan nin datang segera berkata
Apakah sakit emas juita
Berkata benar emas tempawan
Jangan memberi hatiku rawan
Jikalau salah sekaliannya kawan
Biar kupukul siapa melawan
Bayan berkata menegangkan jari
Emasku jangan bermuram diri
Jika sakit badannya Nuri
Suruhlah panggil dukun ke mari
Nuri berpalis menyapu muka
Janganlah banyak madah seloka
Segeralah undur dengan seketika
Sekaliannya menambah sakit kepala
Unggas melayang tiada antaranya
Sampailah bangsawan dengan segeranya
Ke kampung Nuri lintas masuknya
Bayan dan Nuri hadir menantinya
Serta terpandang paksi bestari
Turunlah segera Bayan dan Nuri
Tabik dan hormat keris diberi
Naiklah duduk unggas johari
Seketika duduk unggas bangsawan
Minuman dituang di dalam cawan
Disembahkan Bayan kepada tuan
Simbangan menyambut manis kelakuan
Nuri nin sangat malu rupanya
Kita nin tidak lagi ditegurnya
Simbangan tersenyum manis katanya
Nuri nin sakit apalah kabarnya
Gundah bercampurlah dengan rawan
Rasanya semangat tiada berketahuan
Lalulah bermohon unggas di awan
Kepada Bayan Nuri bangsawan
Bayan dan Nuri hormat berdiri
Selamat pulang unggas bestari
Simbangan menyahut durja berseri
Selamat tinggal Bayan dan Nuri
Melayanglah unggas bimbang dan rawan
Bertambah manis rupa kelakuan
Diiringi paksi sekalian kawan
Seperti dewa batara di awan
Nuri memandang rawan dan pilu
Hatinya bagai dihiris sembilu
Rasanya bagai hendakkan milu
Disamarkan dengan mengeluh pening dan pilu
Berhentilah perkataan Nuri merawan
Tersebutlah Simbangan kemala mengawan
Sampailah ke istana unggas bangsawan
Kalbunya gundah cinta kepiluan
Baik peraduan merebahkan diri
Cinta terikat kepadanya Nuri
Dendam bertambah tiada terperi
Selaku-laku tiada tersamari
Ke Siam pergi membeli kici
Orang bercamat dalam perahu
Dilihat diam dikatakan benci
Dendam gelomat siapakan tahu